PKBM BINA MATAHARI BANGSA. PENDIDIKAN GRATIS UNTUK ANAK
MARGINAL. OLEH : TIAN BAHTIAR

Pasal 31 ayat 1 UUD 1945, mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Dalam pasal tersebut tidak ada pengecualian, yang penting yang bersangkutan adalah Warga Negara Indonesia (WNI).
Praktiknya, hingga saat ini banyak anak usia sekolah yang tidak bisa menikmati bangku pendidikan. Masa mudanya dihabiskan dijalanan, terlantar, diterlantarkan atau menjadi pekerja jalanan.

Sebagai komponen bangsa, YBMB mengambil inisiatif untuk membantu pemenuhan hak anak-anak jalanan dan terlantar untuk memperoleh pendidikan, dengan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Matahari Bangsa. Targetnya adalah anak jalanan di Penjaringan, Jakarta Utara.

Diperlukan waktu enam bulan bagi Para Pendamping YBMB untuk meyakinkan para anak jalanan dan orangtuanya agar anak-anak kembali bersekolah. Umumnya anakanak ini adalah “faktor produksi” keluarganya. Setidaknya dalam sehari mereka bisa menghasilkan Rp 30.000 – Rp50.000 per hari dari bekerja sebagai pengamen,pedagang asongan atau bekerja apa saja di jalanan.

Tidak mudah bagi para pendamping YBMB untuk meyakinkan bahwa pendidikan bisa mengubah masa depan mereka dari warga kolong jembatan, pinggiran rel kereta api, atau pinggir sungai yang dikategorikan sebagai “warga illegal” menjadi “seseorang” yang mempunyai kejelasan baik dari aspek kependudukan, domisili, bahkan haknya sebagai warga DKI Jakarta. Pendidikan adalah sesuatu yang “absurd”. Mereka adalah generasi yang subsisten, dan mewarisi kemiskinan structural secara turun temurun. Tak ada panutan dalam kehidupan anak-anak jalanan, kecuali menjadi pengamen,pedagang asongan dan sejenisnya.

Keyakinan dari para pendamping ini secara perlahan berhasil ditanamkan pada sejumlah orangtua dan anak-anak. Pada bulan Mei 2015, 20 anak dan orangtuanya berhasil diajak berkumpul dan diajak untuk menjadi siswa PKBM. Jumlah tersebut membengkak menjadi 30 anak pada saat pembukaan PKBM Bina Matahari Bangsa.

Saya masih ingat dengan jelas, saat pembukaan sekolah pada bulan Juli 2015, ada anak yang menyelipkan sebatang rokok di telinganya. Dia duduk sambil mengangkat kaki, dan mendengarkan penjelasan pengelola sekolah tentang tujuan PKBM. Hampir tidak ada anak yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Satu sama lain bercanda dan saya melihat kegembiraan mereka menggunakan seragam sekolah baru.
Jujur, saya menduga anak-anak butuh proses adaptasi sekitar 3 bulan untuk bisa mengikuti proses pendidikan. Namun diluar dugaan, mereka bisa menikmati proses pendidikan hanya dalam waktu satu bulan. Kepala Sekolah, Kak Febri, memutuskan untuk menutup pendaftaran, karena jumlah peserta didik “membludag” mencapai 55 orang.

Arsitek dari pendidikan alternatif berbasis pendidikan kejar paket ini adalah Ibu Anniek Setianingsih atau yang akrab dipanggil Oma. Pengalamannya di bidang pendidikan sebagai mantan kepala sekolah sangat berarti dalam meramu kurikulum dan praktik mengajar yang menuntut kreatifitas lebih dibandingkan “sekolah umum”. Lebih dari 10 peserta didik masih belum bisa baca tulis. Kak Fini dibantu guru-guru lainnya membuka kelas khusus. Beberapa dari mereka usianya sudah lebih dari 10 tahun. Butuh kesabaran ekstra. Tidak saja untuk fokus pada materi pelajaran, tetapi mempertahankan minat siswa. Para guru, yang saya sebut “aktivis” ini menunjukan dedikasi tanpa batas. Bukan saja di dalam kelas, namun juga mengunjungi rumah dan kolong jembatan untuk mendatangi anak-anak yang membolos.

Dari praktik mengajar saya melihat adanya respon emosi yang berbeda dengan saling melengkapi. Kak Febri & Kak Iin segera memeluk anak-anak ketika memberontak. Kak Buche & Kak Vidhi adalah kawan anak-anak yang fasih berbahasa “kolong”. Sementara Ibu Titi, yang di YBMB dijuluki “Ibu Penilik” selalu memonitor proses pendidikan agar selalu “on the track”. Semuanya saling melengkapi dan menjadikan PKBM YBMB sebagai keluarga besar yang dipenuhi cinta kasih.

Tentu masih banyak pihak-pihak yang berkontribusi penting bagi terlaksananya pendidikan gratis untuk anak jalanan dan anak terlantar. PKBM Bina Matahari Bangsa adalah upaya kecil untuk membantu anak-anak untuk menggapai masa depan lebih baik. Lebih dari sekedar mendapat selembar ijazah. Tapi perubahan paradigma tentang hidup dan kehidupan yang lebih baik dan bermartabat